Ketika Suara Kecil Tidak Didengar
Di dunia yang semakin bising dengan berita, opini, dan tuntutan, ada begitu banyak suara yang berbicara—tetapi tidak semua didengar. Suara-suara kecil, yang berasal dari mereka yang tak punya kekuatan atau akses, sering kali tenggelam dalam hiruk-pikuk kepentingan yang lebih besar.
Coba lihat di sekitar. Anak-anak yang kesulitan mendapatkan pendidikan layak, buruh yang bekerja dari pagi hingga malam dengan upah minim, atau masyarakat di daerah terpencil yang masih berjuang untuk mendapatkan fasilitas dasar. Mereka punya cerita, punya kebutuhan, punya harapan, tetapi sering kali terabaikan.
Ironisnya, saat mereka bersuara, sering kali ada tembok tinggi yang menghalangi. Entah itu sistem yang terlalu birokratis, kebijakan yang lebih mengutamakan keuntungan segelintir orang, atau sekadar sikap masa bodoh dari mereka yang sebenarnya punya kuasa untuk membuat perubahan.
Tidak semua orang peduli, karena bagi sebagian besar orang, masalah ini terasa jauh. Selama hidup mereka berjalan lancar, mengapa harus repot memikirkan orang lain? Tapi dunia tidak hanya milik segelintir orang. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk hidup dengan layak.
Mendengar suara kecil bukan hanya tentang empati, tetapi juga tentang keadilan. Jika sistem yang ada tidak memberi ruang bagi mereka untuk didengar, maka sudah saatnya ada yang membantu meneriakkan suara mereka lebih keras. Karena perubahan besar sering kali dimulai dari satu suara kecil yang akhirnya mendapat perhatian.
Komentar
Posting Komentar